TEORI BELAJAR MENURUT BANDURA
Hallo teman-teman, pada kesempatan ini saya akan membagikan materi yang saya dapat di semester 2 dalam mata kuliah "Psikologi Pembelajaran Matematika". Selamat membaca....
A. Biografi
Albert Bandura lahir pada 4 Desember
1925 diMondere Alberta, Canada. Dia memperoleh gelar Master di bidang psikologi
pada tahun 1951dan setahun kemudian ia juga meraih gelar doctor (Ph.D). Setahun
setelah lulus, ia bekerja di Standford University. Albert Bandura sangat
terkenal dengan teori pembelajaran sosial. Bandura mengemukakan bahwa seseorang
itu belajar melalui proses meniru. Maksud meniru disini bukanlah mencontek,
tetapi meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang lain.
B. Teori Belajar menurut Bandura
Teori
belajar bandura ini merupakan aliran psikologi social yang menekankan bahwa
lingkungan kerap kali dipilih dan diubah oleh seseorang melalui prilakunya.
Teori belajar social merupakan perluasan teori belajar prilaku. Teori ini
menerima sebagian besar prinsip teori belajar prilaku, tetapi memberikan lebih
banyak penekan pada efek-efek pada perilaku dan prosesmental (Danar,
2006)
Dalam model
pembelajaran Bandura ada beberapa konsep. Adapun konsep-konsep dari teori
belajar Bandura adalah sebagai berikut:
A. Pemodelan
Pemodelan
adalah konsep dasar dari teori ini. Sebagianbesar manusia belajar melalui
pengamatan dan mengingat tingkah laku orang lain. Hasil pengamatan itu kemudian
dihubungkan dengan pengalaman baru dan sebelumnya.Dengan begitu ada
kesempatan untuk mengekspresikan tingkah laku yang dipelajari (Trianto,
2010) . Percobaan Albert Bandura yang terkenal
adalah percobaan Bobo Doll. Adapun jenis-jenis pemodelan:
1. Peniruan langsung
Pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang
untuk mengajarkan pengetahuan yang diajarkan setahap demi setahap. Meniru
tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian. Contohnya
meniru gaya penyanyi yang disanjungi.
2. Peniruan tak langsung
Peniruan adalah melalui imaginasi atau pemerhatian secara tidak
langsung. Contohnya meniru watak yang dibaca dalam buku.
3. Peniruan gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabung tingkah laku yang
berlainan yaitu Peniruan langsung dan tidak langsung. Contohnya pelajar meniru
gaya gurunya melukis dan cara mewarna daripada buku yang dibacanya.
Ada empat
fase belajar dari pemodelan, yaitu:
1. Fase Atensi
Fase ini memberikan perhatian pada suatu model,model yang menarik,
populer, atau yang dikagumi. Dalam pembelajaran guru adalah sebagai model bagi siswa
yang harus bisa menjadi perhatian terhadap bagian-bagian yang penting dari
pelajaran. Ini bias dilakukan dengan cara menyajikan materi pelajaran secara
jelas dan menarik, memberikan penekanan padahal yang penting. Misalnya
menjelaskan bagian-bagian bola mata guru bisa menggunakan gambar model
mata,dengan variasi warna sehingga bagian-bagian mata terlihat jelas dan siswa
tertarik untuk mempelajarinya.
2. Fase Retensi
Fase ini memberikan pengkodean tingkah laku model dan menyimpannya
dalam ingatan jangkapanjang. Pengkodean adalah proses pengubahan pengalaman
yang diamati menjadi kode memori. Arti penting fase ini adalah si pengamat
tidak akan dapat memperoleh manfaat dari tingkah laku yang diamati jika model
tidak ada, kecuali tingkah laku itu dikode atau disimpan dalam ingatan.
Misalnya mereka dapat melihat sendiri tahap-tahap yang telah didemonstrasikan
dalam menggunakan busur atau penggaris sebelum benar-benar melakukannya.
3. Fase Reproduksi
Fase ini mengizinkan model untuk melihat apakah komponen-komponen
urutan tingkah laku sudah dikuasai oleh pengamat. Dalam fase ini model juga
hendaknya memberikan umpan balik terhadap aspek-aspek yang sudah benar atau
yang masih salah. Dan akan menghasilkan sebuah perilaku.
4. Fase Motivasi
Fase ini pengamat akan termotivasi meniru model,karena mereka
merasa dengan berbuat seperti model,mereka akan memperoleh kekuatan atau
pujian. Misalnya dalam kelas sering diberi pujian atau pemberian nilai (Trianto,
2010)
B. Belajar Vicarious
Sebagian
besar belajar termotivasi oleh harapan bahwa meniru model dengan baik akan
mendapat dukungan.Namun, ada yang belajar dengan melihat orang diberi dukungan
atau dihukum saat terlibat dalam perilaku-perilaku tertentu. Inilah yang
disebut belajar “vicarious”.Guru-guru dalam kelas selalu menggunakan prinsip
belajar vicarious.Bila seorang murid berkelakuan tidak baik, guru memperhatikan
anak-anak yang bekerja dengan baikdan memuji mereka, dan anak yang nakal itu
akan melihat bahwa bekerja yang baik akan memperoleh dukungan sehingga ia pun
kembali.
C. Perilaku Diatur-Sendiri
Perilaku
manusia sebagian besar merupakan perilaku yang diatur oleh dirinya sendiri.
Manusia belajar suatustandar performa yang menjadi dasar evaluasi diri.
Apabilatindakan seseorang bisa sesuai atau bahkan melebihi standar performa
maka akan dinilai positif, tetapi sebaliknya bila tidak mampu berperilaku
sesuai standar,maka akan dinilainegatif.
Manusia
mengamati perilakunya sendiri, mempertimbangkan perilaku terhadap kriteria yang
disusunnya sendiri, kemudian memberi dukungan atau hukuman pada dirinyasendiri (Danar,
2006)
C. Aplikasi Teori Bandura
Bandura
dalam teorinya mengemukakan bahwa seseorang itu belajar melalui proses meniru.
Maksud meniru disini bukanlah mencontek, tetapi meniru hal-hal yang dilakukan
oleh orang lain.
Bandura
percaya bahwa segala sesuatu yang dapat dipelajari melalui pengalaman langsung
juga bisa dipelajari secara tidak langsung melalui observasi. Bandura juga
percaya bahwa model akan sangat efektif apabila dilihat sebagai seseorang yang
memiliki kehormatan, kompetensi, status tinggi atau kekuasaan. Dan dalam hal
ini sebagian besar guru memiliki kriteria tersebut sehingga dapat menjadi model
yang berpengaruh besar. Guru dapat menjadi model untuk suatu keahlian, strategi
pemecahan masalah, kode moral, standar performa, aturan dan prinsip umum, dan
kreativitas. Guru juga dapat menjadi model tindakan, yang akan diinternalisasi
siswa dan karenanya menjadi standar evaluasi diri.
Proses
pembelajaran menurut teori sosial Albert Bandura, seorang guru harus dapat
menghadirkan model yang baik. Model yang baik harus dapat mempunyai pengaruh
yang kuat terhadap pembelajar sehingga dapat memberi perhatian kepada si pembelajar.
Model disini tidak harus dari guru, namun tergantung apa yang akan
diajarkan. Teori sosial belajar ini cocok untuk mengajarkan materi yang berupa
aspek psikomotorik dan afektif, karena pembelajar langsung dapat
memperhatikan,mengingat dan meniru dari model yang dihadirkan.
Namun dalam
belajar matematika yang diajarkan adalah berupa konsep sehingga guru harus
dapat menghadirkan model yang menarik perhatian dan dapat mudah diingat oleh
sipembelajar.
Pengembangan
pembelajaran KPK dengan menggunakan teori Bandura, guru dalam menyampaikan
pelajarannya harus memberikan metode-metode yang mudah untuk dipahami dan
diikuti oleh siswa-siswanya agar siswa lebih mudah untuk memilih teori mana
yang akan diikuti dan diterapkan dalam mengerjakan soal-soal tentang KPK.
Peranan
seorang guru sangat penting dalam hal ini. Guru harus bias menciptakan
pembelajaran yang menarik dan dapat dipahami siswa dengan baik sehingga KPK
menjadi pelajaran yang diminati dan dikuasai oleh siswa. Kelipatan Persekutuan
Terkecil (KPK) adalah hasil perkalian dari dua buah faktor-faktor (prima) yang
berbeda dengan mengambil pangkat tertinggi. Terdapat beberapa metode untuk
menentukan KPK, yaitu:
Melalui
himpunan kelipatan persekutuan
Carilah KPK
dari 4 dan 6!
HK (4) :
{4,8,12,16,20,24,28,32,36,...}
HK (6) : {6,12,18,24,30,36,42,48,...}
KPK dari 4 dan 6 adalah 12
Melalui
faktorisasi prima
Berapakah
KPK 12 dan 18?
FP (12) : 22 x 3
FP (18) : 2 x 32
KPK = 22 x 32
= 4 x 9
= 36
D. Kelebihan dan Kelemahan
a. Kelemahan Teori Albert Bandura
Teori
pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori
behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai
peniruan tingkah laku dan ada kalanya cara peniruan tersebut memerlukan
pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru.
Selain itu
juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui
peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan
teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative , termasuk
perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.
b. Kelebihan Teori Albert Bandura
Teori Albert
Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar lainnya , karena itu
menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system
kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata –
mata reflex atas stimulus ( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul
akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.
Pendekatan
teori belajar social lebih ditekankan pada perlunya conditioning ( pembiasan
merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu pendekatan belajar
social menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan
anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan
anak – anak, faktor social dan kognitif.
DAFTAR PUSTAKA
Danar, R. W. (2006). Teori - Teori Belajar dan
Pembelajaran. Bandung: Erlangga.
Indriana, D. (2011). Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran
Efektif. Yogyakarta: DivaPress.
Mimi, H. M. (2013). Pembelajaran Matematika SD/MI. Pekan
Baru: Benteng Media.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Surabaya:
Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar