TEORI BELAJAR MENURUT JEAN PIAGET
Hallo teman-teman, pada kesempatan ini saya akan membagikan materi yang saya dapat di semester 2 dalam mata kuliah "Psikologi Pembelajaran Matematika". Selamat membaca....
A. Biografi
Jean Piaget lahir pada 9 Agustus 1896 di
Neuchâtel, Swiss. Dia seorang ahli psikologi perkembangan, tetapi psikologi
hanya berupa bagian kecil dari pekerjaannya. Ia terkenal karena teori
pembelajaran berdasarkan tahap yang berbeda beda dalam perkembangan intelegensi
anak. Ia sebenarnya seorang ahli epistemologi. Beliau memulaikan kariernya
sebagai penulis pada usia 10 tahun. Selepas tamat sekolah menengah
melanjutkanpelajaran ke Universiti Nauchatel. Beliau mendapat PhD semasa
berumur 22 tahun. Jean mula meminati Psikologi apabila beliau terpilih menjadi
pengarah Psikologi di Universiti Jeneva. Tidak lama kemudian beliau dilantik
sebagai ketua “Swiss Society for Psychologist.”
B. Teori Belajar menurut Piaget
C. Aplikasi Teori Piaget
D. Kelemahan dan Kelebihan
Menurut Piaget dalam (Indriana,
2011) seorang anak maju melalui empat tahap
perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa.
a. Tahap sensorimotor
(umur 0 – 2 tahun)
Pada tahap sensorimotor, anak mengenal
lingkungan dengan kemampuan sensorik yaitu dengan penglihatan,penciuman,
pendengaran, perabaan. Karakteristik tahap ini merupakan gerakan – gerakan
akibat suatu reaksi langsung dari rangsangan. Anak mengatur alamnya dengan
indera(sensori) dan tindakan-tindakannya (motor), anak belum mempunyai
kesadaran – kesadaran adanya konsepsi yangtetap.
b. Tahap persiapan
operasional (2 – 7 tahun)
Operasi adalah suatu proses berpikir logis,
dan merupakan aktifitas mental bukan aktifitas sensorimotor. Pada tahap ini
anak belum mampu melaksanakan operasi–operasi mental. Unsur yang menonjol dalam
tahap ini adalah mulai digunakannya bahasa simbolis, yang berupa gambaran dan
bahasa ucapan. Dengan menggunakan bahasa, inteligensi anak semakin maju dan
memacu perkembangan pemikiran anak karena ia sudah dapat menggambarkan sesuatu
dengan bentuk yang lain (Indriana,
2011) .
c. Tahap operasi konkret (7 –
11 tahun)
Tahap operasi konkret dinyatakan dengan
perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada peristiwa-peristiwa yang
langsung dialami. Anak masih menerapkanlogika berpikir pada barang – barang
yang konkret, belum bersifat abstrak maupun hipotesis.
d. Tahap operasi
formal (11 tahun keatas)
Tahap operasi formal merupakan tahap akhir
dari perkembangan kognitif secara kualitas. Pada tahap ini anak mampu bernalar
tanpa harus berhadapan dengan objek atauperistiwanya langsung, dan menarik
kesimpulan dari informasi yang tersedia(Mimi,
2013)
Kecepatan perkembangan tiap individu melalui
urutan tiap tahap ini berbeda dan tidak ada individu yangmelompati salah satu
dari tahap diatas. Tiap tahap ditandaidengan munculnya kemampuan-kemampuan
intelektual baru yang memungkinkan orang memahami dunia dengan cara yang
semakin kompleks.
Sebagian perkembangannya bergantung pada
seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan berinteraksi aktif denganlingkungan.
Hal ini mengindikasikan bahwa lingkungan dimana anak belajar sangat menentukan
proses perkembangan kognitif anak.
Pola prilaku atau berpikir yang digunakan
anak-anak dan orang dewasa dalam menangani objek-objek di duniadisebut skemata.
Pengamatan mereka terhadap suatu bendamengatakan kepada mereka sesuatu hal
tentang objek tersebut.
Adaptasi lingkungan dilakukuan melalui proses
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan penginterpretasian
pengalaman-pengalaman baru dalam hubungannya dengan skema-skema yang telah
ada.
Sedangkan akomodasi adalah pemodifikasian
skema-skema yang ada untuk mencocokkannya dengan situasi baru. Proses pemulihan
kesetimbangan antara pemahaman saat ini dan pengalaman-pengalaman baru
disebutekuilibrasi. Menurut piaget, pembelajaran bergantung padaproses ini.
Saat kesetimbangan terjadi, anak memiliki kesempatan bertumbuh dan berkembang.
Guru dapat mengambil keuntungan ekuilibrasi dengan menciptakan situasi yang
mengakibatkan ketidakseimbangan, oleh karena itu menimbulkan keingintahuan siswa.
C. Aplikasi Teori Piaget
Penerapan dari empat tahap perkembangan
intelektual anak yang dikemukakan oleh Piaget, adalah sebagai berikut:
a. Tahap Sensorimotor
(0-2 tahun)
Untuk mengembangkan kemampuan matematika anak
di tahap ini, anak-anak pada tahap sensorimotor memiliki beberapa pemahaman
tentang konsep angka dan menghitung. Misalnya orang tua dapat membantu
menghitung dengan jari, mainan dan permen. Sehingga anak dapatmenghitung benda
yang dia miliki dan mengingat apabila ada benda yang ia punya hilang.
b. Tahap persiapan
operasional (2 -7 tahun)
Piaget membagi perkembangan kognitif tahap
persiapan operasional dalam dua bagian:
1) Umur 2 – 4 tahun
Pada umur 2 tahun, seorang anak mulai dapat
menggunakan simbol atau tanda untuk mempresentasikan suatu benda yang tidak
tampak dihadapannya. Penggunaan simbol itu tampak dalam 3 gejala berikut:
a) Imitasi tidak langsung
Anak mulai dapat menggambarkan suatu hal yang
sebelumnya dapat dilihat, yang sekarang sudah tidakada. Dengan kata lain, ia mulai
dapat membuat imitasi yang tidak langsung dari bendanya sendiri.Contohnya bola
sesungguhnya dalam bentuk bola plastik.
b) Permainan simbolis
Dalam permainan simbolis, seringkali terlihat
bahwa seorang anak berbicara sendirian dengan mainannya. Misalnya jika si anak
merasa senang dengan bola, maka ia akan bermain bola – bolaan.
c) Gambaran mental
Gambaran mental adalah penggambaran secara
pikiran suatu objek atau pengalaman yang lampau. Pada tahap ini, anak masih
mempunyai kesalahan yangsistematis dalam menggambarkan kembali gerakan atau
transformasi yang ia amati. Contoh deretan 5 kelereng berwarna coklat dan
hitam. Dari pengamatan itu anak masih beranggapan bahwa kelereng coklat lebih
banyak daripada kelereng hitam karena jarak kelereng coklat lebih besar
daripada kelereng hitam. Apabila jarak kelereng hitam dan coklat disamakan maka
anak mengatakan bahwa jumlah kelereng sama.
2) Umur 4 – 7 tahun
(pemikiran intuitif)
Pada umur 4 – 7 tahun, pemikiran anak semakin
berkembang pesat. Tetapi perkembangan belum penuh karena anak masih mengalami
operasi yang tidaklengkap dengan suatu bentuk pemikiran atau penalaran yang
tidak logis. Contoh terdapat 20 kelereng, 16 berwarna merah dan 4 putih
diperlihatkan kepada seorang anak dengan pertanyaan berikut: “Manakah yang
lebih banyak kelereng merah ataukah kelerengkelerengitu?”
A usia 5 tahun menjawab: “lebih banyak kelereng merah.”
B usia 7 tahun menjawab: “Kelereng kelereng lebih banyak
daripada kelereng yang berwarna merah.”
Tampak bahwa A tidak mengerti pertanyaan yang
diajukan, sedangkan B mampu menghimpun kelerengmerah dan putih menjadi suatu
himpunan kelereng atau dapat disimpulkan bahwa anak masih sulit
untukmenggabungkan pemikiran keseluruhan dengan pemikiran bagiannya.
3) Tahap operasi
konkret (7 – 11 tahun)
Tahap operasi konkret ditandai dengan adanya
system operasi berdasarkan apa- apa yang kelihatan nyata/konkret. Anak masih
mempunyai kesulitan untukmenyelesaikan persoalan yang mempunyai banyak
variabel.Misalnya, bila suatu benda A dikembangkan dengan cara tertentu menjadi
benda B, dapat juga dibuat bahwa bendaB dengan cara tertentu kembali menjadi
benda A. Dalam matematika, diterapkan dalam operasi penjumlahan (+),pengurangan
(-), urutan (<), dan persamaan (=).
Contohnya, 5 + 3 = 8 dan 8 – 3 = 5
Pada umur 8 tahun, anak sudah memahami konsep penjumlahan yang
seterusnya berlanjut pada perkalian.
4) Tahap operasi
formal (11 tahun keatas)
Pada tahap ini, anak sudah mampu berpikir
abstrak bila dihadapkan kepada suatu masalah. Contohnya seoranganak mengamati
topi ayahnya yang berbentuk kerucut. Iaingin mengetahui volume dari topi
ayahnya tersebut. Laluia mengukur topi tersebut dan memperoleh tinggi kerucut3
cm dengan jari – jari 7 cm.
Untuk menyelesaikan persoalan tersebut, maka
guru sudah terlebih dahulu memberikan konsep kepada siswamengenai bangun ruang
(volum limas).
a. Kelebihan:
1) Membantu siswa memahami bahan belajar secara
lebih mudah
2) Dapat meningkatkan motivasi siswa dalam
belajar
3) Menjadikan proses berfikir siswa llebih
kreatif
4) Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk
memecahkan masalah (problem solving)
5) Siswa diberi peluang untuk saling berbicara
dan diskusi dengan teman-temanya.
b. Kekurangan:
1) Tidak dapat diukur hanya satu orang siswa
saja, melainkan kita harus melihat kemampuan mereka
2) Siswa masih merasa sulit ketika dihadapkan
pada benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang tidak ada hubungannya secara
jelas dan konkrit dengan realitas.
DAFTAR PUSTAKA
Danar, R. W. (2006). Teori - Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga.
Indriana, D. (2011). Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efektif. Yogyakarta: DivaPress.
Mimi, H. M. (2013). Pembelajaran Matematika SD/MI. Pekan Baru: Benteng Media.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Surabaya: Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar