Minggu, 02 Juni 2019

TEORI BELAJAR MENURUT JEAN PIAGET

Hallo teman-teman, pada kesempatan ini saya akan membagikan materi yang saya dapat di semester 2 dalam mata kuliah "Psikologi Pembelajaran Matematika". Selamat membaca....



A. Biografi

Jean Piaget lahir pada 9 Agustus 1896 di Neuchâtel, Swiss. Dia seorang ahli psikologi perkembangan, tetapi psikologi hanya berupa bagian kecil dari pekerjaannya. Ia terkenal karena teori pembelajaran berdasarkan tahap yang berbeda beda dalam perkembangan intelegensi anak. Ia sebenarnya seorang ahli epistemologi. Beliau memulaikan kariernya sebagai penulis pada usia 10 tahun. Selepas tamat sekolah menengah melanjutkanpelajaran ke Universiti Nauchatel. Beliau mendapat PhD semasa berumur 22 tahun. Jean mula meminati Psikologi apabila beliau terpilih menjadi pengarah Psikologi di Universiti Jeneva. Tidak lama kemudian beliau dilantik sebagai ketua “Swiss Society for Psychologist.”

B. Teori Belajar menurut Piaget
Menurut Piaget dalam (Indriana, 2011)seorang anak maju melalui empat tahap perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa.
a.         Tahap sensorimotor (umur 0 – 2 tahun)
Pada tahap sensorimotor, anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik yaitu dengan penglihatan,penciuman, pendengaran, perabaan. Karakteristik tahap ini merupakan gerakan – gerakan akibat suatu reaksi langsung dari rangsangan. Anak mengatur alamnya dengan indera(sensori) dan tindakan-tindakannya (motor), anak belum mempunyai kesadaran – kesadaran adanya konsepsi yangtetap.
b.           Tahap persiapan operasional (2 – 7 tahun)
Operasi adalah suatu proses berpikir logis, dan merupakan aktifitas mental bukan aktifitas sensorimotor. Pada tahap ini anak belum mampu melaksanakan operasi–operasi mental. Unsur yang menonjol dalam tahap ini adalah mulai digunakannya bahasa simbolis, yang berupa gambaran dan bahasa ucapan. Dengan menggunakan bahasa, inteligensi anak semakin maju dan memacu perkembangan pemikiran anak karena ia sudah dapat menggambarkan sesuatu dengan bentuk yang lain (Indriana, 2011).
c.            Tahap operasi konkret (7 – 11 tahun)
Tahap operasi konkret dinyatakan dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada peristiwa-peristiwa yang langsung dialami. Anak masih menerapkanlogika berpikir pada barang – barang yang konkret, belum bersifat abstrak maupun hipotesis.
d.         Tahap operasi formal (11 tahun keatas)
Tahap operasi formal merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara kualitas. Pada tahap ini anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan objek atauperistiwanya langsung, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia(Mimi, 2013)
Kecepatan perkembangan tiap individu melalui urutan tiap tahap ini berbeda dan tidak ada individu yangmelompati salah satu dari tahap diatas. Tiap tahap ditandaidengan munculnya kemampuan-kemampuan intelektual baru yang memungkinkan orang memahami dunia dengan cara yang semakin kompleks.

Sebagian perkembangannya bergantung pada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan berinteraksi aktif denganlingkungan. Hal ini mengindikasikan bahwa lingkungan dimana anak belajar sangat menentukan proses perkembangan kognitif anak.
Pola prilaku atau berpikir yang digunakan anak-anak dan orang dewasa dalam menangani objek-objek di duniadisebut skemata. Pengamatan mereka terhadap suatu bendamengatakan kepada mereka sesuatu hal tentang objek tersebut.
Adaptasi lingkungan dilakukuan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan penginterpretasian pengalaman-pengalaman baru dalam hubungannya dengan skema-skema yang telah ada. 

Sedangkan akomodasi adalah pemodifikasian skema-skema yang ada untuk mencocokkannya dengan situasi baru. Proses pemulihan kesetimbangan antara pemahaman saat ini dan pengalaman-pengalaman baru disebutekuilibrasi. Menurut piaget, pembelajaran bergantung padaproses ini. Saat kesetimbangan terjadi, anak memiliki kesempatan bertumbuh dan berkembang. Guru dapat mengambil keuntungan ekuilibrasi dengan menciptakan situasi yang mengakibatkan ketidakseimbangan, oleh karena itu menimbulkan keingintahuan siswa.


C. Aplikasi Teori Piaget

Penerapan dari empat tahap perkembangan intelektual anak yang dikemukakan oleh Piaget, adalah sebagai berikut:
a.         Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)
Untuk mengembangkan kemampuan matematika anak di tahap ini, anak-anak pada tahap sensorimotor memiliki beberapa pemahaman tentang konsep angka dan menghitung. Misalnya orang tua dapat membantu menghitung dengan jari, mainan dan permen. Sehingga anak dapatmenghitung benda yang dia miliki dan mengingat apabila ada benda yang ia punya hilang.
b.         Tahap persiapan operasional (2 -7 tahun)
Piaget membagi perkembangan kognitif tahap persiapan operasional dalam dua bagian:
1)      Umur 2 – 4 tahun
Pada umur 2 tahun, seorang anak mulai dapat menggunakan simbol atau tanda untuk mempresentasikan suatu benda yang tidak tampak dihadapannya. Penggunaan simbol itu tampak dalam 3 gejala berikut:
     a)      Imitasi tidak langsung
Anak mulai dapat menggambarkan suatu hal yang sebelumnya dapat dilihat, yang sekarang sudah tidakada. Dengan kata lain, ia mulai dapat membuat imitasi yang tidak langsung dari bendanya sendiri.Contohnya bola sesungguhnya dalam bentuk bola plastik.
    b)      Permainan simbolis
Dalam permainan simbolis, seringkali terlihat bahwa seorang anak berbicara sendirian dengan mainannya. Misalnya jika si anak merasa senang dengan bola, maka ia akan bermain bola – bolaan.
    c)      Gambaran mental
Gambaran mental adalah penggambaran secara pikiran suatu objek atau pengalaman yang lampau. Pada tahap ini, anak masih mempunyai kesalahan yangsistematis dalam menggambarkan kembali gerakan atau transformasi yang ia amati. Contoh deretan 5 kelereng berwarna coklat dan hitam. Dari pengamatan itu anak masih beranggapan bahwa kelereng coklat lebih banyak daripada kelereng hitam karena jarak kelereng coklat lebih besar daripada kelereng hitam. Apabila jarak kelereng hitam dan coklat disamakan maka anak mengatakan bahwa jumlah kelereng sama.

2)           Umur 4 – 7 tahun (pemikiran intuitif)
Pada umur 4 – 7 tahun, pemikiran anak semakin berkembang pesat. Tetapi perkembangan belum penuh karena anak masih mengalami operasi yang tidaklengkap dengan suatu bentuk pemikiran atau penalaran yang tidak logis. Contoh terdapat 20 kelereng, 16 berwarna merah dan 4 putih diperlihatkan kepada seorang anak dengan pertanyaan berikut: “Manakah yang lebih banyak kelereng merah ataukah kelerengkelerengitu?”
A usia 5 tahun menjawab: “lebih banyak kelereng merah.”    
B usia 7 tahun menjawab: “Kelereng kelereng lebih banyak daripada kelereng yang berwarna merah.”
Tampak bahwa A tidak mengerti pertanyaan yang diajukan, sedangkan B mampu menghimpun kelerengmerah dan putih menjadi suatu himpunan kelereng atau dapat disimpulkan bahwa anak masih sulit untukmenggabungkan pemikiran keseluruhan dengan pemikiran bagiannya.

3)         Tahap operasi konkret (7 – 11 tahun)
Tahap operasi konkret ditandai dengan adanya system operasi berdasarkan apa- apa yang kelihatan nyata/konkret. Anak masih mempunyai kesulitan untukmenyelesaikan persoalan yang mempunyai banyak variabel.Misalnya, bila suatu benda A dikembangkan dengan cara tertentu menjadi benda B, dapat juga dibuat bahwa bendaB dengan cara tertentu kembali menjadi benda A. Dalam matematika, diterapkan dalam operasi penjumlahan (+),pengurangan (-), urutan (<), dan persamaan (=).
Contohnya, 5 + 3 = 8 dan 8 – 3 = 5
Pada umur 8 tahun, anak sudah memahami konsep penjumlahan yang seterusnya berlanjut pada perkalian.

4)         Tahap operasi formal (11 tahun keatas)
Pada tahap ini, anak sudah mampu berpikir abstrak bila dihadapkan kepada suatu masalah. Contohnya seoranganak mengamati topi ayahnya yang berbentuk kerucut. Iaingin mengetahui volume dari topi ayahnya tersebut. Laluia mengukur topi tersebut dan memperoleh tinggi kerucut3 cm dengan jari – jari 7 cm.

Untuk menyelesaikan persoalan tersebut, maka guru sudah terlebih dahulu memberikan konsep kepada siswamengenai bangun ruang (volum limas).



D. Kelemahan dan Kelebihan 
a.       Kelebihan:
1)      Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
2)      Dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
3)      Menjadikan proses berfikir siswa llebih kreatif
4)  Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah (problem solving)
5)     Siswa diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

b.      Kekurangan:
1)  Tidak dapat diukur hanya satu orang siswa saja, melainkan kita harus melihat kemampuan mereka

2)  Siswa masih merasa sulit ketika dihadapkan pada benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang tidak ada hubungannya secara jelas dan konkrit dengan realitas.


DAFTAR PUSTAKA


Danar, R. W. (2006). Teori - Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga.
Indriana, D. (2011). Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efektif. Yogyakarta: DivaPress.
Mimi, H. M. (2013). Pembelajaran Matematika SD/MI. Pekan Baru: Benteng Media.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Surabaya: Bumi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BENTUK PANGKAT, BENTUK AKAR DAN LOGARITMA